Selasa, 04 Desember 2012

Jangan Touring Sebelum Baca Ini!

Touring atau bepergian jauh, sudah menjadi life style (gaya hidup) sebagian bikers. Bahkan ada klub atau komunitas bermotor yang sudah meng-agendakan kegiatan touring ini di program kerjanya. Semakin banyak volume touring, berarti semakin dikenal klub atau komunitas motor tersebut di kalangan bikers.

Meski demikian, keselamatan berkendara harus menjadi prioritas utama dimanapun berkendara. Tentu motobikers pergi untuk kembali bukan? Nah…ulasan berikut adalah serangkaian aturan main touring yang bisa disesuaikan dengan kondisi klub atau komunitas motobikers. Monggo…

Hal- hal yang harus dilakukan sebelum melakukan perjalanan

 A.    Perencanaan
a. Rencana Rute Perjalanan
1. Rute perjalanan harus dipersiapkan oleh Touring organizer, atau dalam skala yang kecil, harus disiapkan oleh peserta yang ditunjuk untuk menentukan rute perjalanan
2. Rute perjalanan hendaknya memperhitungkan waktu dan jarak touring

3. Rute perjalanan hendaknya berisi POI (Point Of Interest) yang akan dilalui oleh group sejak titik keberangkatan dan titik lokasi selesai. POI dimaksud bisa berupa nama wilayah, nama desa, nama kota atau suatu area yang bisa menjadi patokan dalam menentukan posisi.

4. Rute perjalanan hendaknya berisi titik-titik peristirahatan dimana group bisa berhenti untuk beristirahat dan menyegarkan badan.

5. Dalam menentukan tempat beristirahat, asumsikan bahwa perjalan dilakukan dengan kecepatan yang lambat dan memakan waktu. Dengan demikian, lokasi-lokasi pemberhentian telah diperkirakan lebih rapat antara satu dan lainnya. Catat perkiraan waktu yang dibutuhkan antara satu tempat istirahat dengan tempat istirahat yang lain

6. Rute perjalanan diharuskan berisi gambar peta yang telah diberi tanda Rute

7. Dalam menentukan rute perjalanan, sangat disarankan untuk dilakukan survey terhadap rute. Survey hendaknya dapat mengumpulkan informasi-informasi berikut ini :

- Kondisi jalan secara umum. (Kondisi jalan hendaknya tergambarkan dalam peta)
- Kondisi dan letak persisnya tempat-tempat peristirahatan
- Lokasi pengisian bahan bakar yang sesuai. (beberapa SPBU tidak melayani pengisian Pertamax, dan tidak perlu mendata seluruh SPBU yang dilalui, cukup beberapa SPBU yang sekiranya siap 24 jam dan memadai).
b.    Rencana Logistik
Tujuannya untuk menyimpan persediaan spare-part cadangan yang mungkin dibutuhkan oleh peserta touring bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Juga berfungsi untuk membawa motor yang dalam perjalan mendapat masalah. Berikut beberapa item dalam rencana logistik

1.    Storing Car
Storing Car bersifat wajib ada apabila perjalanan touring cukup jauh dan dalam perjalanan tidak mudah untuk memperoleh spare-part. Daftar spare-part yang harus disiapkan dan disimpan oleh storing car adalah sebagai berikut :

•    Spare Busi / Spark Plug
•    Spare Sekering / Fuse
•    Spare Bohlam Lampu Besar, Sein, Rem, Lampu Kecil
•    Spare Kanvas Rem depan dan Belakang
•    Spare Chain/Rantai
•    Spare Tubes/Ban Dalam, Ban Luar
•    Pompa Portable
•    Kit Tambal Ban Tubles
•    Air Accu
•    Accu
•    Oli mesin dan Oli rem
•    Hazard Cone
•    Electric Torch / Senter
•    Standard toolkit / Perkakas
•    Rope / Tambang
•    Ply Sheet / Terpal.

2.    Persiapan Sendiri

Masing-masing peserta, hendaknya mempersiapkan seluruh spare-part tambahan bilamana motornya menggunakan part-part lain diluar standard. Part-part ini bisa dititipkan pada storing car (bila ada) atau dibawa sendiri (jika kecil dan mudah dibawa sendiri)

3.    Obat-obatan

Obat-obatan standard untuk P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) berisi minimal :

•    Cairan pembersih luka
•    Antiseptik
•    Perban dan perekat.

B.    Pelaksanaan
1.    Pra touring
Pra-Touring dilaksanakan oleh seluruh peserta Touring untuk membiasakan diri sebelum melakukan event touring. Antara lain:

•    Selama melakukan Pra-Touring, hendaknya dilakukan mekanisme-mekanisme yang sama dengan mekanisme touring sebenarnya
•    Perilaku, cara komunikasi dan tatacara touring dilakukan sebagaimana touring sesungguhnya dilakukan
•    Pra-Touring hendaknya melalui perjalanan dan kondisi jalan yang sekiranya bisa mewakili seluruh perjalanan dalam touring sesungguhnya
•    Peraturan yang lebih longgar berlaku untuk pra-touring. Walaupun demikian Road Captain hendaknya memberikan peringatan dan petunjuk untuk memperbaiki kesalahan anggota touring dalam Pra-Touring
•    Officer mengamati riding skill dari anggota selama Pra-Touring untuk memperkirakan posisi urutan dan pengelompokan peserta dalam touring yang sesungguhnya.

2.    Berkumpul

Usahakan dalam berkumpul, peserta touring harus datang tepat waktu atau datang lebih awal. Peserta yang datang Terlambat, tidak diperkenankan masuk ke group touring, karena bisa menggangu group secara keseluruhan. Kenapa harus tepat waktu dalam berkumpul? Karena touring melibatkan perencanaan yang baik meliputi rute, pemberhentian dan lain sebagainya yang direncanakan berdasarkan waktu. Bila motobikers menghargai kelompok touring sendiri, datanglah tepat waktu!

3.    Woro-woro

Woro-woro atau pemberitahuan dilakukan oleh Touring Organizer. Petugas ini fungsinya memberitahukan lokasi keberangkatan, waktu berkumpul dan waktu keberangkatan jauh hari sebelum event touring dilaksanakan

C.    Persiapan Pengendara
1.    Safety Gears : Untuk memperkecil resiko cidera yang bisa saja terjadi
dalam melakukan pra-touring, touring dan touring survey, peserta touring
harus melengkapi dirinya, minimal dengan aksesori keamanan sebagai
berikut :

•    Helm; Full Face atau Half Face.
Helm “cetok” tidak diperbolehkan karena tidak memberikan proteksi kepala yang memadai. Untuk helm tanpa tutup muka, hendaknya menggunakan kaca mata. Kacamata hitam sangat disarankan
apabila berkendara disiang hari

•    Sepatu
Minimal sepatu harus menutupi seluruh bagian telapak dan punggung kaki, dan juga menutupi mata  kaki. Safety-shoes (dengan toe protector dari besi) diperbolehkan selama pengendara merasa nyaman dalam melakukan gear shifting dan pengereman

•    Sarung Tangan
Sarung tangan yang baik, biasanya yang terbuat dari kulit yang cukup kuat dan lentur, serta dapat menutupi seluruh permukaan/punggung tangan, menutupi jari-jari seluruhnya dan sampai ke pergelangan tangan

•    Celana Panjang
Kriteria celana panjang yang baik, terbuat dari bahan yang cukup kuat, tidak boleh terlalu panjang hingga menutupi punggung kaki dalam posisi duduk. Disarankan dibuat dari bahan jeans
•    Jaket
Kriteria jaket yang baik berahan yang kuat dan berbentuk jaket, bukan jas. Untuk daerah dingin disarankan tebuat dari kulit sapi. Untuk daerah yang panas disarankan yang terbuat dari anyaman bahan sintetik tebal. Jaket touring sebaiknya memiliki bagian-bagian yang dipertebal (reinforce) disekitar bahu dan siku. Sangat disarankan bila jaket memiliki pola-pola garis terang (scotlite) yang sangat jelas terlihat bila terkena sinar lampu kendaraan lain. Seluruh peserta touring hendaknya memiliki penampilan yang sama. Misalnya motor yang sejenis atau pengendara (dengan jaket berwarna seragam)

Apabila dalam touring diikuti oleh motor yang berbeda-beda dan pengendaranya juga berpenampilan beragam, maka harus ditemukan cara untuk dapat mengidentifikasi mana peserta mana bukan peserta. Salah satu cara adalah dengan menyematkan pita dengan warna yang sama pada lengan peserta.

•    Jas Hujan
Setiap peserta touring, pra-touring atau touring survey, harus membawa jas hujan yang terdiri atas 2 potong dengan model setelan: Baju dan Celana panjang. Dilarang menggunakan jas hujan berbentuk ponco (batman)

•    Obat obatan
Selain obat-obatan yang telah disiapkan, P3K, masing-masing peserta touring wajib membawa obat-obatannya sendiri apabila peserta dalam proses pengobatan atau memeiliki ketergantungan atas obat-obatan tertentu. Dalam hal ini kriteria yang harus diperhatikan antara lain:

1. Dilarang menggunakan obat-obatan yang bisa menyebabkan kantuk 10 jam sebelum dan sewaktu melakukan kegiatan touring
2. Dilarang meminum minuman keras atau ber-alkohol 10 jam sebelum dan sewaktu melakukan kegiatan touring.

D.    Sreening - Lakukan T. Clock pada motor
Pemeriksaan atas kesiapan motor yang digunakan antara lain:
•    T – Tires : Pemeriksaan atas kondisi ban dan velg.
•    C – Controls : Pemeriksaan atas stang stir, arah roda depan relatif pada stir, kanvas rem, minyak rem, kopling dan gas.
•    L – Lights and Accessories : Pemeriksaan pada lampu-lampu dan sistem kelistrikan. Kaca spion yang memadai adalah wajib
•     Oils and Fluid : Pemeriksaan atas tercukupnya oli mesin, oli rem, oli shock, oli samping, oli/air-radiator. Bawalah, oli mesin tambahan
•    C – Chassis and Chain : Pemeriksaan atas struktur tulang, tangki (mendeteksi kebocoran), suspensi, shock, rantai dan sprocket
•    K – Kick stand : Pemeriksaan atas standar motor.

E.    Briefing
1.    Umum
Tiap tiap captain yang ditunjuk menjelaskan fungsi-fungsi dari tiap-tiap petugas/officer yang terdiri dari.

•    Road Captain : Pemimpin rombongan
•    Voorrijder : Pengawal depan, Path Opener.
•    Road Officer : Pengawal Captain dan Blocker.
•    Safety Officer : Pengawal Rombongan dan Sweeper.
•    Health Officer : Peserta yang membawa obat-obatan, membantu peserta yang terluka.
•    Technical Officer : Mekanik menjelaskan isyarat-isyarat koordinasi yang dilakukan oleh petugas dan juga peserta touring
•    Touring Organizer membagikan copy peta rencana perjalanan
•    Touring Organizer menjelaskan rute-rute yang dilalui oleh iring-iringan, lokasi istirahat, waktu istirahat dan lama perjalanan antara satu tempat istirahat ke tempat istirahat yang lain
•    Tiap tiap captain harus mewujudkan kesepakatan mengenai penunjukan petugas dan kecepatan rata-rata selama touring.

2.    Splitting Klotur (Kelompok Touring)

•    Group memiliki maximal 12 peserta. Lebih dari 12 peserta, harus dipecah-pecah menjadi beberapa group antara 5 hingga 12 peserta
•    Group yang memiliki lebih dari 7 peserta harus memiliki satu safety officer tambahan yang berposisi di tengah dan menjaga barisan
•    Tiap group harus dipimpin oleh seorang Road Captain yang paling berpengalaman dan mengenal rute perjalanan.

3.    Pemilihan Group Peserta

•    Peserta touring dengan pengalaman terpendek berada di barisan depan
•    Peserta touring sebaiknya memilih group yang sesuai dengan kecepatannya sendiri
•    Peserta yang berpengalaman hendaknya tersebar merata ke seluruh group-group yang ada
•    Road Captain berhak menolak bergabungnya seorang peserta dengan alasan yang jelas
•    Touring Organizer membantu proses pemilihan group ini.

F.    Evaluating
1.    Pre-Tour Review (Sebelum Berangkat)
• Membahas mengenai pengalaman touring oleh peserta yang berpengalaman
• Membahas medan yang akan dihadapi.

2.   In-Tour Review (Saat Beristirahat)

• Membahas mengenai event-event yang terjadi sejauh perjalanan berlangsung
• Saling memberi nasihat atas skill dan perilaku berkendara.

3.  Post-Tour Review (Setelah Tiba)

• Membahas mengenai event-event yang terjadi di seluruh perjalanan
• Membuat kesimpulan atas apa-apa saja yang bisa dijadikan pelajaran guna menyempurnakan akfitiftas touring dimasa depan.

Ketentuan diatas memang bukanlah ketentuan baku. Motobikers bisa  mengaplikasikannya sesuai kebutuhan, seperti halnya dalam mengatur kecepatan berkendara, ada filosofi yang mengatakan seperti ini. Jika kecepatan motor 60 km/jam, berarti prosentasi kecelakaannya juga 60%. Semakin tinggi kecepatannya, berarti prosentase kecelakaan semakin tinggi pula. Bukankah lebih indah, jika pulang dan pergi beraktifitas setiap hari dengan selamat? Mari santun berkendara dan selalu safety riding!

SALAM SATU ASPAL


D 001 CH

Lima Penyebab Kecelakaan Fatal Sepeda Motor




TEMPO Interaktif, Jakarta – Angka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor di tanah air hingga kini masih menduduki peringkat pertama dari kasus yang ada. Asian Development Bank (ADB) misalnya, menyebut angka kecelakaan di Indonesia saban tahunnya tak kurang dari 30 ribu kasus.Edo Rusyanto, seorang penggiat berkendara aman dan nyaman yang juga Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Road Safety Association (RSA), juga menyodorkan angka yang kurang lebih sama.
“Sepanjang 2009 ada 18 ribu kasus kecelakaan. Di 2010 polisi mengklaim angka itu menurun menjadi 10 ribu. Tetapi jumlah sepeda motor yang terlibat tetap besar, 60 – 70 persen,” tutur Edo di Jakarta, Jumat (21/1).

Menurut penulis buku ‘Hiruk Pikuk Bersepeda Motor’ itu menyebut ada berbagai penyebab. “Namun, dari semua kejadian tersebut faktor human error masih menempati angka tertinggi. Pengendara yang tidak memahami teknik berkendara yang baik di beberapa kondisi yang dihadapi,” terang Edo.

Padahal, kata dia, bila mereka memahami teknik yang baik dan benar, bukan saja akan merasakan kenyamanan berkendara tetapi juga aman baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Lantas teknik berkendara seperti apa yang baik dan benar? Kondisi seperti apa yang kerap menjadi pemicu kecelakaan?

Berikut Edo berbagai tips untuk Anda, menurutnya ada lima hal yang wajib diperhatikan.

1. Cara mendahului yang salah di pertigaan
Pada umumnya, para pengendara sepeda motor salah memperhitungkan ketika ada mobil di depannya berbelok ke kiri atau ke kanan di sebuah pertigaan. Mereka dengan merta dan langsung tancap gas ke arah kanan atau kiri mobil untuk segera mendahului mobil tersebut.

Padahal, pada saat bersamaan kemungkinan ada kendaraan lain dari arah berlawanan yang bermaksud segera melewati mobil itu juga banyak.

Bahkan, tidak menutup kemungkinan kendaraan di belakangnya juga bermaksud segera mendahului. Akibatnya tabrakan tak terhindarkan.

2. Salah memperhitungkan lintasan tikungan
Pada kasus kecelakaan di tikungan, biasanya pengendara motor memasuki tikungan terlalu cepat sehingga gagal memperkirakan radius tikungan. Akibatnya, mereka tidak sempat melihat keadaan di ujung jalanan itu.

Walhasil, ketika mengetahui ada kendaraan lain dari arah berlawanan atau benda lainnya mereka panik dan gagal melakukan pengereman.

“Bila mengalaminya, segera atur laju motor dengan mengerem dan mengubah posisi gigi. Sehingga Anda bisa segera berpindah jalur menikung dan perhatikan marka,kemana arah tikungan,” papar Edo.

Selain itu, sisakan ruang antara motor Anda dan kendaraan dari arah lawan.

3. Terlalu dekat dengan kendaraan di depan
Kejadian kecelakaan saat pengendara mendahului adalah kasus yang cukup sering terjadi. Bahkan, pengendara yang sudah berpengalaman sekalipun, dan kendaraan yang akan didahului melaju dengan kecepatan lebih lambat.

Menurut Edo, itu bisa terjadi karena pengendara motor terlalu dekat dengan kendaraan di depannya dan langsung banting setir saat merasa ada kesempatan untuk mendahului.

Padahal, dari arah berlawanan atau dari belakang tengah melesat kendaraan lain.
“Untuk menghindarinya rencanakan dengan matang sebelum mendahului. Perhatikan jalanan di depan, lihatlah spion dengan seksama, dan jangan terburu-buru atau agresif,” saran Edo.

Satu hal lagi, jangan membiasakan diri mengendarai motor terlalu dekat dengan kendaraan lain dan tepat berada di belakangnya.

Salah perhitungan seperti ini juga kerap dilakukan oleh pengendara saat memutar di putara U. Mereka acapkali nekad terus memutar kendati dari kejuahan telah terlihat ada kendaraan yang melaju kencang.

“Biasanya mereka percaya diri bisa dengan cepat bermanuver. Tetapi, mereka juga lupa ternyata motornya tidak memiliki kemampuan secepat yang mereka kira,” ujar Edo.


4. Kecepatan tidak sesuai keadaan
Penyebab kecelakaan sepeda motor yang juga kerap tidak disadari orang adalah pengendalian kecepatan yang salah. Selama ini para pengendara hanya berupaya menggeber sepeda motornya dalam kecepatan tinggi tanpa meyadari kondisi jalanan yang dilalui.

Walhasil, ketika melintasi perempatan, pertigaan, atau jalanan yang berlubang, mereka tidak bisa mengendalikan kendaraannya. Kecelakaan pun tidak bisa dihindari.

Oleh karena itu sesuaikan kecepatan dengan jalanan. Bila melintasi di jalanan ramai pastikan pada kecepatan yang memungkinkan sepeda motor berhenti dengan aman saat direm.

“Menggeber sepeda motor dalam kecepatan tinggi boleh saja, asal jalanan telah dipastikan aman, tidak banyak pertigaan, perempatan, dan kondisi jalanan bagus,” kata Edo.

5. Kondisi motor tak mendukung keamanan
Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah kondisi sepeda motor benar-benar aman. Pastikan sistem pengereman – baik rem depan maupun belakang – berfungsi dengan baik. Lakukan pengetesan peranti ini beberapa kali sebelum Anda menggunakan motor.

Jangan pernah meremehkan kondisi oli, rantai, gir, (bila motor yang digunakan adalah skuter matik cek kondisi transmisi CVT), tekanan angin ban, kaca spion, lampu sein, klakson dan lain-lain.

Beberapa faktor teknis itu memang terlihat sepele, namun kerap menjadi pemicu kecelakaan di jalan raya. “Dan yang lebih penting lagi, perlengkapan berkendara Anda. Pakailah sepatu, helm, atau jaket, serta pelindung lutut, siku. Bila tidak, minimal helm dan sepatu,” wanti-wanti Edo.

Edo mengatakan, sejatinya masih banyak hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari kecelakaan di jalan raya. Namun dari sejumlah hal itu, lima hal di atas merupakan hal-hal yang terpenting dan menjadi penyebab utama kecelakaan fatal.